Dampak Wisata Pada Perekonomian Masyarakat Yogyakarta
Pariwisata angkat kepercayaan diri warga Dlingo, Bantul, Yogyakarta
Pariwisata memberikan dampak positif bagi masyarakat di desa Mangunan, Kecamatan Dlingo Bantul. perlahan-lahan masyarakat bisa keluar dari cap miring sebagai orang gunung. di sebelah kiri Jalan Imogiri menuju Mangunan, berdiri rumah makan dengan bangunan bercorak Jawa. rumah dengan bentuk limasan menjadi bangunan utama yang dikelilingi Gasebo Gasebo. warung ini diberi nama Griya dahar Mbok sum. setiap hari, ratusan pengunjung datang untuk mencicipi tiwul lengkap dengan menu ayam kampung goreng. keberadaan warung makan ini hanya sebagai contoh dampak positif dari perkembangan sektor pariwisata yang begitu pesat di Mangunan. pemilik Griya dahar Mbok sum Sudarmono membuka warung makan pada 2016 Lalu setelah melihat peluang bisnis dari banyaknya wisatawan yang ingin ke Mangunan.
Sebelum warung makan berdiri, mono, sapaan akrabnya, menjual tiwul. setelah kawasan itu yang ramai, dia memperluas usaha dengan menyajikan ayam kampung sebagai menu.” hasilnya sangat memuaskan, kata mono. dalam sehari, griya dahar Mbok sum bisa menghabiskan 60 ekor ayam kampung. jumlah ini akan meningkat pesat akhir pekan atau hari libur. sedikitnya 150 ayam kampung habis. misal saat libur lebaran lalu, 200 ayam kampung habis. 1 ayam bisa menjadi 4 porsi ayam goreng, kata dia. Sekretaris desa bangunan Dwi Eko Susanto mengatakan Griya dahar Mbok sum hanya satu contoh usaha yang ikut terkena dia dampak pengembangan sektor kepariwisataan. sebelum ada pariwisata, kata Dwi, Dlingo kerap mendatangkan rasa minder karena berada di wilayah pegunungan. Namun perlahan-lahan stigma ini hilang. tidak ada lagi yang malu sebagai orang Dlingo, khususnya Mangunan.
Sekarang bangga karena jadi salah satu destinasi unggulan di DIY
Pesatnya dampak perkembangan wisata tidak dapat dipungkiri. pemerintah Desa Mangunan juga ikut berpartisipasi dalam upaya pengembangan sektor ini. sejak 2016 lalu pemerintah Desa rutin memberikan bantuan pembangunan infrastruktur pendukung di objek wisata. kalau ditotal hampir mencapai Rp 300juta yang di alokasikan untuk membangun 6 destinasi yang dikelola oleh masyarakat, katanya. diungkapkan oleh ketua koperasi noto wono Mangunan purwo harsono. menurut dia, sektor pariwisata banyak memberikan dampak positif bagi masyarakat. bisa lihat sendiri karena melihat usaha makin banyak dan warga juga ikut mendapatkan dampaknya. Anggota koperasi 554 orang sudah merasakan manfaat karena langsung ikut mengelola destinasi wisata. sedangkan yang lainnya bisa merasakan melalui usaha yang mereka jalankan masing-masing, ujarnya. menurut dia, mengembangkan wisata menjadi sekarang ini tidaklah mudah. kawasan dlingo memiliki potensi besar sejak lama Namun ide pengembangan sektor wisata baru di Gagas pada 1997.
Hingga belasan tahun berlalu, gagasan itu belum membuahkan hasil karena penduduk setempat kurang percaya pariwisata bisa mengubah hidup mereka. ” konsep pengembangan pariwisata tidak akan berarti kalau tidak ada contoh. masyarakat butuh contoh dan baru mau bergerak, ucap dia. pengembangan sektor pariwisata di kawasan bangunan mulai cerah sejak 2011 lalu dan berkembang pesat mulai 2014 lalu. hutan pinus dan pegunungan dibuat menjadi lebih Permai. kami bersyukur sekarang sudah banyak destinasi bermunculan dan semuanya sudah memberikan dampak yang lebih baik kepada masyarakat, kata dia. pendapatan distribusi berbagai objek wisata di Mangunan bisa mencapai 8 miliar dalam satu tahun. namun, menurut Ipung, kak ini akan mencapai titik jenuh. kawasan Mangunan disukai karena menawarkan spot-spot foto yang menarik, katanya. di masa depan, pemandangan alam tidak bisa terus menjadi andalan untuk menggaet wisatawan. pengelola wisata harus terus berbenah agar tetap menarik dikunjungi dan pengunjung tidak merasa bosan. kalau itu itu saja yang ditawarkan, pengunjung akan bosan dan tidak lagi mau datang. kalau ini sampai terjadi maka menjadi suatu hal yang berbahaya terhadap eksistensi wisata di Mangunan, tutur dia.