Inilah Kenapa Jogja Dianggap Paling Siap Hadapi MEA
JOGJA – Memasuki tahun 2016 ini, Indonesia menyambut masyarakat ekonomi ASEAM (MEA). Ekonom, Profesor Didik Junaidi Rachbini berpendapat Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang paling siap menghadapi MEA.
Didik menjelaskan DIY memiliki magnet yang sangat besar dalam bidang pariwisata. Pasar di dunia pariwisata sudah terbangun dengan baik di DIY. bahkan permintaan jadwal penerbangan terus meningkat dari luar negeri langsung ke DIY.
“DIY itu punya magnet yang kuat di dunia pariwisata. Hal ini harus dipertahankan terus. Kalau bisa dengan pendirian bandara baru membantu menambah jumlah penerbangan langsung dari Singapura dan Selangor langsung ke Jogja tidak perlu transit di Jakarta,” jelas Didik saat dihubungi Harian Jogja, Jumat (8/1/2016).
Didik menambahkan sejauh ini sudah banyak wisatawan asing yang harus mendarat dulu ke Jakarta padahal inginnya menuju ke Jogja. Selain tempat wisata, DIY memiliki magnet sumber daya manusia yang mumpuni dan kreatif.
“MEA butuh orang yang kreatif dan inovatif. Dua perpaduan ini banyak ditemui di DIY,” kata Didik.
Didik mengaku ada yang perlu dilakukan DIY saat ini, salah satunya menambah infrasrtuktur yang lebih banyak pada tempat-tempat wisata. Tentunya agar makin siap saat harus menerima lebih banyak wisatawan yang berdatangan.
“Sekarang ini musim liburan datang DIY langsung jadi macet. Perlu ada penuntasan masalah ini agar wisatawan tidak merasa dirugikan karena kurang puas menikmati DIY. Kalau DIY tidak mampu bisa undang investor,” tambah Didik.
Dunia pendidikan di nilai Didik juga sudah sangat kuat untuk bersaing di MEA. Selain Universitas Gadjah Mada (UGM), banyak perguruan tinggi swasta (PTS) yang mulai dikenal dunia. Bahkan mereka sudah menjalin kerja sama dengan banyak perguruan tinggi asing.
“DIY punya UGM tapi PTS-PTS juga banyak yang sudah mendunia. Bahkan banyak yang sudah mulai menjajaki kerja sama dengan perguruan tinggi asing,” kata Didik.
Ekonom dan dosen Fakultas Ekonomi UGM, Sri Adiningsih mengaku kesiapan DIY menghadapi MEA sudah terlihat khususnya memang di dunia pariwisata dan kreatifitas. Banyak usaha ekonomi kreatif yang muncul dari DIY.
“DIY memang sudah siap menghadapi MEA. Hanya saja kekurangan DIY belum memiliki marketing yang banyak. Tempat wisata tersebar, pertunjukan tidak ada hentinya namun marketingnya masih minim,” jelas Adiningsih.