Keraton Yogyakarta: Warisan Budaya dan Sejarah yang Abadi
Keraton Yogyakarta
Merupakan tempat tinggal resmi para Sultan yang bertahta di Kasultanan Yogyakarta. Keraton Yogyakarta didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1755 beberapa bulan setelah perjanjian Giyanti. Dan pada tanggal 7 Oktober 1756 Sultan Hamengku Buwono pindah dari Pesanggrahan Ambar Ketawang ke keratin Yogyakarta dan tanggal ini dijadikan sebagai tanggal berdirinya kota Yogyakarta.
Secara arsitek bangunan keraton dibagi menjadi 7 kompleks bangunan inti. Yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan).
Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Banyak sekali nilai-nilai filosofi dan mitologi yang terkandung di Keraton Yogyakarta.
Keraton Yogyakarta atau juga dikenal sebagai Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah salah satu peninggalan sejarah dan budaya yang sangat penting di Indonesia. Terletak di kota Yogyakarta, keraton ini merupakan pusat budaya dan tradisi Jawa yang kaya serta menjadi simbol kekuasaan dan kebesaran Kesultanan Yogyakarta. Berdiri sejak abad ke-18, Keraton Yogyakarta masih berfungsi hingga saat ini sebagai kediaman resmi Sultan Yogyakarta dan menjadi pusat kegiatan budaya dan spiritual bagi masyarakat setempat.
Sejarah Berdirinya Keraton Yogyakarta
Perjanjian Giyanti dan Pembentukan Kesultanan Yogyakarta
Sejarah berdirinya Keraton Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari Perjanjian Giyanti yang ditandatangani pada tahun 1755. Perjanjian ini membagi Kerajaan Mataram menjadi dua bagian, yaitu Kesunanan Surakarta di bawah Paku Buwono III dan Kesultanan Yogyakarta di bawah Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengkubuwono I. Pembagian ini dilakukan sebagai solusi untuk mengakhiri konflik internal di Kerajaan Mataram yang saat itu berada di bawah pengaruh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), perusahaan dagang Belanda.
Pembangunan Keraton
Setelah Perjanjian Giyanti, Sultan Hamengkubuwono I segera memulai pembangunan keraton sebagai pusat pemerintahan baru. Lokasi yang dipilih untuk keraton ini adalah bekas sebuah desa bernama Pacetokan, yang memiliki posisi strategis antara Gunung Merapi dan Laut Selatan. Pembangunan keraton ini memakan waktu sekitar satu tahun dan selesai pada tahun 1756. Desain dan tata letak keraton dirancang dengan prinsip kosmologi Jawa yang sangat mendetail, mencerminkan keseimbangan antara alam semesta dan kehidupan manusia.
Arsitektur dan Tata Ruang Keraton
Struktur Utama Keraton
Keraton Yogyakarta terdiri dari beberapa bagian utama yang masing-masing memiliki fungsi dan makna simbolis tersendiri. Bagian-bagian utama ini antara lain:
- Pagelaran dan Siti Hinggil: Tempat ini digunakan untuk upacara-upacara besar dan penting yang dihadiri oleh Sultan serta para bangsawan. Siti Hinggil, yang berarti “tanah tinggi”, adalah tempat di mana Sultan memberikan pidato dan menerima tamu penting.
- Pelataran Kemandungan: Area ini merupakan tempat persiapan sebelum memasuki bagian dalam keraton. Di sini terdapat dua bangunan utama yaitu Kemandungan Lor (utara) dan Kemandungan Kidul (selatan).
- Kedhaton: Merupakan inti dari Keraton Yogyakarta, tempat tinggal Sultan dan keluarganya. Di sini terdapat beberapa bangunan penting seperti Bangsal Kencono (Balairung Agung), Gedhong Jene, dan Gedhong Purworetno.
- Tamansari: Sebuah taman dan istana air yang dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I sebagai tempat rekreasi dan meditasi. Tamansari juga dikenal sebagai “Istana Air” yang memiliki kolam renang, danau buatan, dan terowongan bawah tanah.
Filosofi Arsitektur
Arsitektur Keraton Yogyakarta tidak hanya indah secara visual tetapi juga sarat dengan makna filosofis. Desain keraton ini mengikuti konsep kosmologi Jawa yang membagi alam semesta menjadi tiga bagian utama yaitu:
- Buana Agung (Makrokosmos): Meliputi seluruh alam semesta yang diciptakan oleh Tuhan.
- Buana Alit (Mikrokosmos): Meliputi diri manusia sebagai bagian dari alam semesta.
- Buana Tengah (Kosmos Manusiawi): Meliputi hubungan antara manusia dengan Tuhan, alam, dan sesama manusia.
Tata ruang keraton dirancang sedemikian rupa sehingga mencerminkan keseimbangan dan harmoni antara ketiga elemen tersebut. Misalnya, Pagelaran dan Siti Hinggil melambangkan hubungan antara Sultan sebagai wakil Tuhan di bumi dengan rakyatnya, sementara Tamansari melambangkan harmoni antara manusia dengan alam.
Fungsi dan Peran Keraton Yogyakarta
Pusat Pemerintahan
Sebagai kediaman resmi Sultan, Keraton Yogyakarta merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Yogyakarta. Di sinilah Sultan mengatur segala kebijakan pemerintahan, mengadakan rapat penting, dan menerima tamu-tamu dari dalam maupun luar negeri. Meskipun fungsi pemerintahan saat ini lebih banyak dilakukan oleh pemerintah daerah, Sultan Yogyakarta tetap memiliki peran penting dalam berbagai aspek sosial dan budaya.
Pusat Kebudayaan
Keraton Yogyakarta juga dikenal sebagai pusat kebudayaan Jawa. Di sini sering diadakan berbagai upacara adat, pertunjukan seni, dan pelatihan budaya yang bertujuan untuk melestarikan tradisi dan nilai-nilai luhur masyarakat Jawa. Beberapa kegiatan budaya yang rutin diadakan di keraton antara lain:
- Upacara Grebeg: Upacara ini diadakan tiga kali setahun pada hari-hari besar Islam yaitu Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi. Upacara Grebeg melibatkan arak-arakan gunungan yang berisi hasil bumi sebagai simbol kemakmuran dan berkah dari Tuhan.
- Wayang Kulit: Pertunjukan wayang kulit sering diadakan di keraton sebagai bagian dari pelestarian seni tradisional Jawa. Wayang kulit bukan hanya hiburan, tetapi juga media penyampaian pesan moral dan filosofi hidup.
- Gamelan: Keraton Yogyakarta memiliki beberapa ansambel gamelan yang digunakan untuk mengiringi berbagai upacara dan pertunjukan seni. Musik gamelan dianggap sebagai suara sakral yang menghubungkan manusia dengan alam dan Tuhan.
Tempat Wisata Sejarah
Keraton Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata utama di Yogyakarta. Setiap harinya, ratusan wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang untuk mengunjungi keraton dan menyaksikan keindahan arsitektur serta kekayaan budaya yang ada di dalamnya. Wisatawan dapat mengikuti tur yang dipandu oleh abdi dalem keraton yang siap memberikan informasi dan cerita menarik seputar sejarah dan kehidupan di keraton.
Kehidupan di Dalam Keraton
Abdi Dalem
Di dalam keraton, terdapat sekelompok orang yang dikenal sebagai abdi dalem. Mereka adalah para pelayan setia yang mengabdi kepada Sultan dan keluarganya. Abdi dalem memiliki berbagai tugas dan tanggung jawab yang meliputi urusan rumah tangga, upacara adat, serta pelestarian seni dan budaya. Kehidupan sebagai abdi dalem penuh dengan disiplin dan dedikasi, mencerminkan loyalitas yang tinggi kepada Sultan dan keraton.
Pendidikan dan Pelatihan
Keraton Yogyakarta juga berfungsi sebagai tempat pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda. Banyak putra-putri bangsawan dan masyarakat umum yang belajar tentang adat istiadat, seni, dan budaya Jawa di keraton. Pendidikan di keraton tidak hanya menekankan pada pengetahuan akademis tetapi juga pada pembentukan karakter dan moralitas.
Peran Keraton di Era Modern
Perubahan Politik dan Sosial
Sejak berdirinya Republik Indonesia, peran politik Keraton Yogyakarta mengalami perubahan signifikan. Meskipun Sultan tidak lagi memegang kekuasaan absolut seperti di masa lalu, Keraton Yogyakarta tetap memiliki pengaruh besar dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Sultan Hamengkubuwono IX dan Sultan Hamengkubuwono X, misalnya, dikenal sebagai tokoh yang sangat dihormati dan berpengaruh dalam politik nasional.
Pelestarian Budaya
Di era modern, Keraton Yogyakarta terus berupaya melestarikan dan mengembangkan budaya Jawa. Keraton bekerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan dan kebudayaan untuk mengadakan penelitian, pelatihan, dan pertunjukan seni. Selain itu, keraton juga aktif dalam mempromosikan budaya Jawa di kancah internasional melalui berbagai kegiatan dan pameran budaya.
Pariwisata dan Ekonomi
Keraton Yogyakarta memainkan peran penting dalam industri pariwisata di Yogyakarta. Sebagai salah satu objek wisata utama, keraton memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian daerah melalui sektor pariwisata. Pengelolaan keraton sebagai destinasi wisata dilakukan dengan tetap menjaga keaslian dan nilai-nilai budaya yang ada.
Kesimpulan
Keraton Yogyakarta bukan hanya sebuah bangunan bersejarah, tetapi juga simbol kebesaran budaya dan tradisi Jawa. Dengan sejarah yang panjang dan kaya, keraton ini terus memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta baik sebagai pusat kebudayaan, pendidikan, maupun pariwisata. Keberadaan Keraton Yogyakarta mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang. Melalui berbagai upaya pelestarian dan pengembangan, Keraton Yogyakarta akan tetap menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi masyarakat Indonesia.
Posted by: JOGJA75 Tour n Travel