Lasiyo, Profesor Pisang dari Bantul, Yogyakarta
Lasiyo Saifuddin sebagai pembudidaya pisang dari Bantul Jogja
Saifuddin 64 tahun warga dusun bangkok desa sidomulyo kecamatan bambang libur bantul dikenal sebagai pembudidaya pisang. Bagaimana siapa kerjanya berikut laporan wartawan JOGJA75.
Sejak 3 tahun terakhir rumah rasio saifudin 64 tahun di dusun ponggok sidomulyo terbang di pura bantul kerap ramai dikunjungi tamu. Mereka penasaran dengan siapa terjang pria yang akrab disapa mbah lazio tersebut dalam inovasinya di dan pangan. Kenal mampu menggerakkan warga di sekitar tempat tinggalnya untuk menanam pohon pisang.
Hampir setiap rumah di sidomulyo yang mewakili halaman ditanami pohon pisang sebagai varietas. Bibit pohon yang disediakan pun hasil pembibitan sendiri melalui sistem congkel anakan pisang. Tidak heran halaman rumah rasio dipenuhi dengan hamparan bibit pohon pisang.
Lasiyo tidak hanya tahu soal budidaya pisang. Pria lulusan paket B star smp ini juga tahu soal hama dan cara membasmi nya melalui ramuan racikan sendiri. Ilmu itu bukan didapatkan dari sekolah formal melahirkan dari pelatihan dan hasil eksperimen.
Dengan keahliannya tersebut yang mendapat banyak penghargaan. Tidak kurang dari 100 penghargaan ia peroleh dari pemerintah hingga lembaga swasta salah satunya pelopor adi karya pangan nusantara. Lasiyo juga pernah diundang ke at italia berbicara dalam forum penelitian yang diikuti sekitar 60 perwakilan dari berbagai negara.
” 2016 saya di Italia bicara dalam forum pakai bahasa Jawa karena saya tidak bisa bahasa Inggris,” kata lasiyo saat ditemui di rumahnya Rabu lalu.
Setahun kemudian Ia juga diundang ke Malaysia. Ya diminta menjelaskan lahan yang cocok untuk pembudidayaan pisang di Negeri Jiran tersebut.127 ini juga diundang ke berbagai daerah untuk menjelaskan keahliannya.
Rumahnya tidak pernah sepi dari tamu. Hampir setiap hari rumahnya disambung i tamu. Dalam sehari bisa sampai dua hingga tiga kelompok tamu yang datang. Dari berbagai latar belakang mulai dari mahasiswa, hingga petani pemerintah dari kabupaten dan kota di Indonesia.
Saking seringnya tamu datang rasio mengubah salah satu bagian rumahnya menjadi ruang pertemuan. Rumah utamanya yang buat ruang pertemuan dengan kapasitas besar yang bisa menampung banyak orang. Sementara rumah sampingnya menjadi ruang pertemuan yang hanya cukup sekitar 10 orang. Rasio pun saat ini lebih banyak memberikan” kuliah umum” dibandingkan bertani. Di bidang pisang rasio layar disebut profesor.
” ya sekedar sharing pengalaman saja bukan kuliah,” ucapnya. Rasio juga tidak tahu kenapa banyak yang ingin belajar atau mengulik kesehariannya. Sepak terjang rasio dalam inovasi pangan dan lingkungan ini di bermula pada akhir 2006 lalu.
Lasiyo ingin membangkitkan kembali perekonomian warganya yang terpuruk
Selepas gempa bumi yang mengguncang Bantul dan sekitarnya saat itu banyak warga kalut karena banyak anggota keluarga yang jadi korban. Banyak warga kehilangan pekerjaan. Sebagai Dukuh disusunnya lastio ingin membangkitkan kembali perekonomian warganya yang terpuruk Bersama dengan rumah-rumah mereka yang rata-rata tanah.
Berpikirlah untuk menanam pisang karena mudah ditanam dan hasilnya lumayan besar. Selain itu bibit tanaman pisang juga tidak terlalu sulit dicari namun keinginannya tersebut tidak mudah diwujudkan tanpa bantuan pihak lain.
Iya lalu menyampaikan maksudnya tersebut kepada kepala desa Sidomulyo dan mendapat respon. Kepala desa bahkan membuat imbuhan kepada semua warga di Sidomulyo yang memiliki halaman agar ditanami pisang. Bisa memberikan subsidi Rp5000 setiap bibit bagi warga yang bisa menanam lebih dari 50 pohon pisang. Uang tersebut merupakan uang-uang bantuan pembelian korban gempa.
Setelah banyak yang menanam pisang lasiyo berpikir untuk hutannya supaya tidak mengambil dari tempat lain. Iya bersama warga sekitar yang difasilitasi pemerintah Desa mendatangkan sejumlah akademisi dari beberapa kampus. Mereka minta diajarkan cara cepat pengembangbiakan pisang. Tidaknya pemberitaan mereka juga belajar perawatan hingga pengolahan pisang menjadi berbagai cemilan.