Melihat Jogja dari Langit sambil Beramal
Di balik pesonanya sebagai kota wisata, Jogja juga menyimpan berbagai komunitas yang aktif dalam bidang-bidang unik, salah satunya adalah Jogja Flying Club (JFC) — komunitas pecinta dunia penerbangan yang tidak hanya fokus pada olahraga dan hobi, tetapi juga aktif berkontribusi sosial melalui kegiatan amal. Baru-baru ini, JFC kembali menggelar kegiatan sosial bertajuk “Terbang untuk Harapan”, sebuah program amal yang melibatkan para penggemar dunia penerbangan dari berbagai daerah.
Sejarah dan Kiprah Jogja Flying Club
Jogja Flying Club berdiri sejak awal tahun 2000-an, dimulai dari sekelompok pilot amatir dan pecinta aeromodeling yang ingin membentuk wadah untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang dunia penerbangan. Seiring berjalannya waktu, JFC berkembang menjadi komunitas yang lebih luas, melibatkan pilot profesional, instruktur terbang, siswa sekolah penerbangan, serta masyarakat umum yang memiliki ketertarikan terhadap pesawat dan dunia aviasi.
JFC tidak hanya terbatas pada penerbangan komersial atau olahraga, tetapi juga mendalami berbagai aspek seperti aerodinamika, teknologi drone, dan edukasi penerbangan bagi pelajar. Dengan markas yang berlokasi di sekitar Bandara Gading Wonosari, Gunungkidul, komunitas ini secara rutin mengadakan latihan terbang, workshop, hingga open day untuk umum.
Namun yang membuat JFC istimewa adalah pendekatan humanisnya. Klub ini menjunjung tinggi prinsip bahwa teknologi dan hobi harus mampu membawa manfaat bagi masyarakat luas. Oleh karena itu, kegiatan amal menjadi bagian penting dalam kalender tahunan mereka.
“Terbang untuk Harapan”: Misi Sosial dengan Sentuhan Aviasi
Pada awal Maret 2025, Jogja Flying Club mengadakan kegiatan amal bertajuk “Terbang untuk Harapan”, yang bertujuan menggalang dana sekaligus memberikan edukasi penerbangan kepada anak-anak yatim piatu, pelajar dari daerah terpencil, serta komunitas disabilitas di sekitar Yogyakarta dan sekitarnya.
Acara ini digelar di lapangan terbang Gading, dan berhasil menarik ratusan peserta, termasuk penggemar dunia penerbangan dari luar kota seperti Solo, Semarang, dan Bandung. Bahkan beberapa ekspatriat yang tergabung dalam komunitas flying club di Bali dan Jakarta turut hadir dan memberikan dukungan.
Kegiatan ini terbagi menjadi beberapa segmen, antara lain:
-
Joy Flight untuk Anak-anak: Penerbangan singkat bersama pilot JFC menggunakan pesawat ringan.
-
Edukasi dan Tur Hanggar: Sesi edukasi tentang dunia penerbangan, termasuk penjelasan tentang bagaimana pesawat bisa terbang, fungsi-fungsi kontrol, serta tur ke hanggar dan bengkel pesawat.
-
Lomba Aeromodeling dan Drone Race: Kompetisi untuk para penggemar miniatur pesawat dan drone.
-
Bazar Amal dan Pameran Aviasi: Stand-stand yang menjual suvenir, makanan, serta berbagai perlengkapan aviasi dengan sebagian hasil penjualan disumbangkan untuk kegiatan sosial.
-
Simulasi Penerbangan Virtual: Simulator yang memberikan pengalaman layaknya menjadi pilot.
Acara ini tidak hanya seru dan edukatif, tetapi juga menyentuh hati. Banyak anak-anak yang baru pertama kali melihat pesawat dari dekat, apalagi bisa menaikinya. Tawa dan sorak-sorai anak-anak saat berada di udara menjadi momen yang tak terlupakan bagi panitia dan para pilot.
Kolaborasi Komunitas dan Dunia Usaha
Kesuksesan “Terbang untuk Harapan” tak lepas dari kolaborasi berbagai pihak. Beberapa maskapai penerbangan seperti Garuda Indonesia dan AirAsia memberikan dukungan berupa merchandise dan bantuan logistik. Komunitas drone dan aeromodeling lokal juga turut serta dalam lomba dan workshop yang diadakan.
Beberapa sekolah penerbangan swasta, seperti FAAST Flight School dan Nusa Flying Institute, juga membuka booth konsultasi gratis bagi pelajar yang tertarik menekuni dunia aviasi. Mereka memberikan informasi tentang bagaimana menjadi pilot, teknisi pesawat, hingga karier di kontrol lalu lintas udara (ATC).
Tak ketinggalan, para pelaku UMKM di sekitar lokasi acara juga diundang untuk membuka stand kuliner dan kerajinan lokal. Hal ini menciptakan simbiosis yang menguntungkan antara kegiatan aviasi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar.
Penggalangan Dana dan Dampaknya
Salah satu tujuan utama dari kegiatan ini adalah menggalang dana untuk program pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak di wilayah terpencil di Gunungkidul. Lewat penjualan tiket joy flight, lelang barang koleksi aviasi, dan donasi sukarela, panitia berhasil mengumpulkan dana lebih dari Rp150 juta.
Dana tersebut kemudian digunakan untuk:
-
Membangun perpustakaan mini di dua SD di daerah Panggang dan Saptosari.
-
Membiayai pelatihan komputer bagi siswa SMP di kawasan Playen.
-
Pemberian bantuan alat bantu dengar untuk anak-anak disabilitas.
-
Pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi namun kurang mampu.
Selain dampak material, acara ini juga berhasil menumbuhkan minat anak-anak terhadap ilmu pengetahuan, khususnya bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics). Beberapa anak bahkan mengungkapkan cita-cita baru mereka untuk menjadi pilot atau insinyur penerbangan setelah mengikuti acara ini.
Cerita Menginspirasi dari Para Relawan
Salah satu relawan, Dedi, yang merupakan pilot paragliding dan anggota JFC sejak 2015, mengaku terharu melihat antusiasme anak-anak. “Waktu terbang bareng adik-adik, saya melihat ekspresi bahagia yang luar biasa. Mungkin bagi kita biasa, tapi buat mereka ini pengalaman yang sangat langka,” ujarnya.
Sementara itu, Tania, seorang mahasiswi teknik penerbangan dari UGM yang menjadi relawan edukasi, mengatakan bahwa kegiatan ini memberinya semangat baru. “Saya jadi makin yakin kalau ilmu yang saya pelajari bisa bermanfaat untuk orang banyak, bukan cuma buat kerja nanti,” ujarnya sambil tersenyum.
Bahkan ada seorang anak bernama Rahmat, berusia 11 tahun dari Paliyan, yang setelah penerbangan singkat berkata pada ibunya, “Bu, aku mau sekolah yang tinggi biar bisa nyetir pesawat juga.” Kalimat sederhana itu menjadi simbol harapan bahwa kegiatan seperti ini bisa mengubah cara pandang generasi muda terhadap masa depan mereka.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Tentu saja, penyelenggaraan kegiatan sebesar ini tidak tanpa tantangan. Koordinasi dengan otoritas penerbangan sipil, cuaca yang tidak menentu, hingga keterbatasan armada menjadi beberapa kendala yang dihadapi. Namun, dengan kerja keras dan semangat gotong royong, semua bisa diatasi.
Ke depan, Jogja Flying Club berencana menjadikan program ini sebagai agenda tahunan. Bahkan ada rencana untuk memperluas cakupan ke luar Jogja, seperti mengadakan roadshow edukasi ke sekolah-sekolah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Selain itu, JFC juga ingin membuka lebih banyak peluang pelatihan gratis di bidang drone dan teknologi penerbangan bagi anak-anak muda yang tertarik namun tidak memiliki akses pendidikan formal.
Penutup: Terbang Tinggi Bersama Harapan
Kegiatan “Terbang untuk Harapan” menjadi bukti nyata bahwa komunitas hobi seperti Jogja Flying Club bisa memberi kontribusi positif bagi masyarakat. Bukan sekadar soal kesenangan terbang, tetapi bagaimana ‘terbang’ itu bisa membawa harapan baru bagi mereka yang kurang beruntung.
Dengan menggabungkan semangat aviasi dan kepedulian sosial, JFC menunjukkan bahwa langit bukanlah batas, melainkan awal dari kemungkinan yang tak terbatas.
Sebagaimana pepatah mengatakan, “The sky is not the limit, it’s only the beginning.” Dan bagi anak-anak yang hari itu untuk pertama kalinya melihat dunia dari atas awan, harapan pun membubung tinggi, seiring suara mesin pesawat yang membawa mereka menuju impian.