Menabrak Pakem dan Kehilangan Ruh Tari Tradisional Jogja
Pementasan perdana tari angguk syariah di Kulon Progo Jogja
Pementasan perdana tari angguk syariah yang kemudian berganti nama menjadi anggur selalu mengundang beragam respon dari khalayak dan pelaku seni tari. Ada yang suka Ada Yang Kecewa lantaran merasa ruh kesenian khas Kulon progo itu malah luntur begitu dimodifikasi. Kami akan dikembangkan berbarengan dengan anggur konvensional yang telah diakui secara nasional. Berikut laporan wartawan Harian Jogja lalu Herman Dewantoro.
Nia kushendar, 26, telah tiba di alun-alun wates kabupaten Kulon Progo Senin lalu malam sekitar pukul 07.00 WIB. Perempuan berkerudung ingin ini menyaksikan hiburan malam tahun baru 2022 kebudayaan Kulon Progo.
Yang terpasang di sejumlah ruang pabrik di Kulonprogo kegiatan menyambut akhir tahun ini diberi tajuk refleksi budaya akhir tahun 2022.
Mengajak tahun baruan dengan mengaji di alun-alun Wates Yogyakarta
Tertulis juga Dokter hasto mengajak tahun baruan dengan mengaji di alun-alun Wates. Hasto adalah Bupati Kulonprogo.
Acara ini sesuai dengan yang dituliskan di spanduk menampilkan sejumlah kegiatan. Selain pengajian sebagai pojok acara ada hiburan musik islami dari kelompok gambus berpadu musik modern yang kemudian ditutup pesta kembang api. Nia begitu perempuan itu dipanggil tidak hanya datang untuk itu dia adalah penyuka tari tradisional dan ingin menyaksikan tari angguk Islami yang ditampilkan sebagai pengisi acara meski tidak disebutkan di spanduk
” kemarin dengar-dengar mau ada Pementasan tari angguk Islami disini Saya penasaran pengen nonton seperti apa,” ucap Nia.
Rasa penasarannya terjawab. Angguk Islami itu ditampilkan. Namun ia kecewa lantaran perbedaan mencolok antara tarian kreasi baru yang mengakomodasi unsur religius itu dengan tari angguk biasa.3 pembeda yang paling ketara menurut ini adalah kemasan busana gerakan tari dan iringan musik.
Suami penari mengenakan kostum tertutup dengan kerudung hitam membungkus kepala yang ditambah celana pendek sepaha yang biasa digunakan diganti dengan rok panjang bermotif batik.
Gerakan pinggul dan pundak yang menjadi ciri khas tarian tersebut juga kurang terlihat Anggun diubah menjadi musik nuansa Timur Tengah yang diiringi grup gambus nggak tahu kenapa kok jadi merasa kehilangan makna dari Tari angguk yang sebenarnya tapi juga nggak ada padahal kan itu unik kacamata yang biasa dipakai juga nggak ada sama sekali gerakan-gerakan khasnya yang goyang pinggul dan pundak juga tidak ada Anes aja lihatnya meski memang masih kelihatan kalau itu tari angguk sih,” ungkap perempuan yang berdomisili di Wates ini pribadinya kurang menyukai tari angguk Islami karena menghilangkan kekhasan tari angguk konvensional.
Meski begitu dia tetap mengapresiasi upayakan tarian ini agar lebih bisa diterima di semua kalangan masyarakat. ” kalau buat orang lain ya mangga aja nggak apa-apa ini kan selera tapi ya mungkin ini memang aku yang ditunjukkan untuk mengisi acara kelompok tertentu seperti saat pengajian atau acara organisasi Islam gitu,”.
Tanggapan berbeda diutarakan Yogi 27 tahun Islami dapat mengakomodasikan para penari agar bisa mengisi acara-acara keagamaan seperti pengajian. Dian ini juga lebih sederhana dibandingkan tari angguk biasanya tanpa meninggalkan bekas dan tarian tersebut.” bagus sih Ada kreativitasnya Semoga bisa dikembangkan lagi.” kata Yogi.