Mengenang Sepur Jogja-Magelang-Ambarawa
Jalur jogja magelang ambarawa dahulu pernah dilalui kereta api
Jalur jogja magelang ambarawa dahulu pernah dilalui kereta api. Moda transportasi darat ini beroperasi awal 1900 singga 1970-an. Pemerintah berencana menghidupkan lagi. Bagaimana gambaran jalur ini pada zaman dahulu? Berikut laporan wartawan harian jogja nina atmazhari.
Liburan sekolah menjadi hal yang ditunggu juniarso nugroho kecil. Kalau itu pada 1970-an yang masih duduk di bangku sd di kampung halamannya kota magelang. Ya selalu diajak orang tuanya kerumah neneknya di prambanan sleman. Perjalanan jauh sekitar 60 km itu ditempuh dengan kereta api. Dari rumah masa kecilnya di jagoan jurang ombo kota magelang, juniorso dan bapak ibunya berjalan kaki menuju stasiun kereta api yang terletak di depan pasar rejowinangun berjarak sekitar 500 meter.
” biasanya penumpang penuh banget. Ada banyak stadion di siap stasiun solo berhenti. Ada orang berjualan makanan, pisang rebus, jadah, kacang pokoknya kenangannya indah banget,” kata pria yang sekarang berumur 54 tahun itu kepada harian jogja baru-baru ini.
Kereta menjadi transportasi pilihan karena itu silahkan merepotkan.
Ia yang kini tinggal di jalan menur , catur tunggal depok sleman ini saat ingat ketika banjir lahar dari merapi menerjang kali krasak dan menghanyutkan tahu yang melintang di sungai tersebut. Kereta api tak lagi beroperasi.
Dia dan keluarganya terpaksa naik pusat menuju rumah nenek. ” dari magelang naik bus sampai temple menyeberang sungai lalu ganti bus menuju prambanan. Kami kecewa sekali saat kereta dik lagi beroperasi bapak dan ibu sampai emosi,” kata dia.
Kenangan indah bersama kereta api jalur jogja magelang ambarawa juga dirasakan sri astuti nurwaningsih. Perempuan yang tinggal di penggunaan sido gede grabag kabupaten magelang ini di masa kecilnya sering naik kereta api dari tangsi ayahnya di ambarawa menuju kampung halaman digrabag. Terkadang mereka juga berpergian di kota magelang naik sepur.
Mengenang masa indah kereta api Jogja
Perempuan yang sekarang berusia 60 tahun ini mengenang dari tangsi mereka anak kandung menuju stasiun. Di stasiun mereka memiliki arti sekarang untuk dewasa di bentuk persegi panjang seukuran kartu domino untuk anak-anak se separuhnya. Di gerbong kereta mereka mencari tempat duduk.” paling senang bila dapat tempat duduk pinter jendela,” ujar dia.
Telah tiba waktu kereta berangkat petugas akan sembunyikan palu with sambil mengangkat kapan bulan kemudian masinis mulai menjalankan kereta api. Kereta api perlahan berangkat menyusuri areal diri lembah merbabu.
” pemandangan sawah di sepanjang jalan. Ada petani atau anak kecil yang melambaikan tangan ke arah kereta. Kami berada di dalam kereta menikmati sambil mendengarkan bunyi move dari kereta sambil bergumam jogjajan jokjajan ,” tuturnya.
Di stasiun jambu kereta berhenti untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Di stasiun itu pula lokomotif dilansir pindah ke belakang rangkaian kereta. Lokomotif mendorong kereta berjalan menanjak. Ready jambu bendo no itu bergerigi.
Lokomotif memiliki semacam tangkai yang akan masuk ke sela-sela gigi untuk mengunci kereta agar tidak mundur. Dia dua kali menjumpai roha jenis ini yakni di begono dan pada 1997 di bukittinggi.
Di beda nada-nada alat yang berfungsi untuk memutar lokomotif agar arahnya berbalik 180 derajat. Ada pula reservoir air besar untuk mengisi tangki musik uap kereta.
Dalam sebuah diskusi di grup facebook magelang kota toya sejumlah aku membagikan pengalaman mereka saat mereka kereta pada jalur tersebut.