Ngabuburit Sambil Melihat Arsitektur Masjid Lawas di Kulon Progo
Menunggu waktu berbuka puasa bagi sebagian orang akan diisi dengan beragam aktivitas, mulai dari berkumpul bersama teman-teman, keluarga hingga menyelenggarakan kegiatan sosial. Di Kulon Progo mengagumi arsitektur lawas di masjid Pura Pakualaman bisa menjadi pilihan. Masjid tersebut berada tepat di bawah tangga menuju Astana Girigondo, desa Kaligintung Kecamatan Temon. Berdiri di kaki perbukitan, Masjid itu ditemani dengan sebuah pohon beringin besar yang membuat suasana di sana semakin sejuk.
Masjid Pakualaman Girigondo dibangun sekitar 1927 kala kgpa Paku Alam 5 memimpin Kadipaten Puro Pakualaman. Dinding bangunan dan tubuh masjid yang terlihat plastik di kelir orange dan sentuhan hijau. Ketua takmir masjid Komarudin tak semua bagian dari masjid merupakan bagian asli melainkan ada beberapa bagian yang merupakan hasil pemekaran. Namun, empat pilar dan dua buah ruang kecil di dalam masjid yang difungsikan sebagai gudang, masih merupakan bangunan asli. Jumlah barang tak terpakai dan yang masih terpakai, seperti keranda, peti jenazah, payung dan bendera kerajaan. Benda-benda itu masih digunakan kala prosesi pemakaman keluarga pakualam dilakukan di Girigondo. Pria bergelar Mas Rekso Winoto itu mengungkapkan, pada awalnya tembok masjid bukan tertata dari bata merah, melainkan dari susunan batu hitam yang didekatkan dengan adonan Semen Merah dan tanah. 1987 hingga 1991 bangunan direnovasi sehingga strukturasi bangunan hilang. Bangunan dan status masjid boleh jadi masjid lawas, tapi semangat yang dibawah harus tetap muda kata Wasil Udin yang dipercaya sebagai kepala juru kunci Astana Girigondo.
Jika ingin berkunjung ke sana anda bisa ambil jalan yang menuju arah bandara baru atau Yogyakarta Internasional Airport. Banyak juga wisata dekat daerah sana antara lain pantai Glagah, pelabuhan Tanjung Adikarto, dan kebun bunga matahari pantai Glagah.