Budaya Lemper Agung Rabu Pungkasan
Puncak Acara Rabu Pungkasan
Balai Desa Wonokromo penuh dengan ribuan pengunjung paket wisata Jogja yang ingin menyaksikan upacara tradisional Rabu Pungkasan pada hari Selasa (6/11) malam. Puncak acara Rabu Pungkasan berlangsung meriah dan dimulai dengan prosesi kirab lemper agung atau lemper raksasa dari Masjid Al Huda Karanganom, Wonokromo.
Prosesi kirab dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, Sunarto. Dalam sambutannya, Sunarto mengatakan bahwa upacara tradisional Pungkasan Rabu telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. “Harapannya adalah kegiatan ini akan terus berkelanjutan mengingat Upacara Tradisional Rebo Pungkasan adalah warisan budaya yang adiluhung,” katanya.
Dihadiri Oleh Bupati Bantul
Hadir dalam acara tersebut Bupati Bantul H. Drs. Suharsono, Dinas Pariwisata DIY, Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, Kecamatan Muspika Pleret, Perangkat Desa Wonokromo, masyarakat dan wisatawan.
Upacara tradisional Rebo Pungkasan diadakan pada hari Selasa malam Rabu pada hari terakhir bulan Sapar. Dipilihnya hari tersebut dikaitkan dengan pertemuan Sultan Agung dengan Kyai Faqih pada bulan Sapar minggu terakhir.
Bupati Bantul Suharsono mengatakan, upacara adat Rebo Pungkasan merupakan warisan budaya nenek moyang dan harus dilestarikan untuk generasi mendatang, serta sangat mengapresiasi semangat kebersamaan dan kegotong-royongan warga Desa Wonokromo untuk melestarikan kebudayaannya.
Warisan Budaya Nenek Moyang
Kepala Bidang Pengembangan Dinas Pariwisata Pariwisata DIY Arya Nugrahadi juga menilai bahwa upacara adat Rabu Pungkasan merupakan sebuah seni tradisi yang menjadi daya tarik atraksi pariwisata.
Lemper raksasa diarak dua kilometer melalui Jl. Imogiri Timur menuju Balai Desa Wonokromo dan diikuti 12 Dusun di Desa Wonokromo, serta tiap dusun membawa 300 lemper untuk di bagikan ke masyarakat.
Kirab Lemper Agung
Kirab diawali arak-arakan kereta kuda (andong), Bregodo Kyai Tanjung Anom, dan arak-arakan Lemper Agung berukuran panjang 2,5 m dengan diameter 45 cm, serta gunungan merupakan hasil bumi masyarakat.
Lemper raksasa yang telah dibacakan doa kemudian dipotong oleh Bupati Bantul Drs. H. Suharsono, dan ribuan lemper dari 12 Dusun di Desa Wonokromo kemudian dibagi-bagikan kepada tamu undangan serta pengunjung yang hadir.