Pesona Perjuangan Islam Desa Kauman Jogja
Pesona Tersembunyi Desa Kauman
Desa kecil Kauman ternyata menyimpan pesona yang hebat, mulai dari perpustakaan Mabulir terpadat hingga Masjid Agung selebar 13.000 m2. Pesona ini telah mengantarkan beberapa tokoh Islam terkemuka di Indonesia.
Di ujung jalan Malioboro, Anda akan tiba di persimpangan. Tampaknya orang-orang menghadapi pilihan untuk wisata tujuan selanjutnya. Sebagian besar dari mereka lebih suka pergi langsung ke area Istana; itu berarti bahwa secara tidak sadar mereka telah melewatkan pesona tersembunyi di daerah tersebut, yaitu desa Kauman. Area yang akan Anda temui telah Anda pilih untuk berbelok ke kanan, melewati K.H. Jalan Ahmad Dahlan, dan masuk gerbang di sisi kiri.
Kauman adalah sebuah desa di mana 9 ketib atau pemimpin Muslim hidup dan diberi wewenang oleh kerajaan untuk menangani urusan agama. Sejak tahun lalu, desa ini telah memainkan peran utama dalam hal gerakan keagamaan Islam. Selama masa perjuangan kemerdekaan, inilah tempat berdirinya gerakan Islam Muhammadiyah. Pada saat itu, seorang Muslim bernama K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri gerakan itu memprihatinkan masyarakat yang terjebak ke dalam hal-hal mistis. Selain itu, K.H. Ahmad Dahlan juga menyempurnakan arah Mekah 24 derajat ke arah barat laut (ke arah Masjid al Haram di Mekkah) dan menghilangkan kebiasaan memegang makanan untuk upacara orang mati.
Gerbang melengkung akan menyambut siapa saja yang memasuki desa Kauman. Bentuk lengkungan adalah salah satu karakteristik bangunan Islam yang banyak dipengaruhi oleh Timur Tengah. Di atas gerbang, ada penggambaran lingkaran hijau dengan sinar matahari kuning yang menyinari 12 sinar di dalamnya. Gambar ini sekarang digunakan sebagai simbol organisasi Muhammadiyah dan institusi lain di bawah naungannya.
MonumenĀ “Syuhada bin Fisabillillah”
Mengembara tentang gang di desa Kauman harus dilakukan dengan berjalan kaki. Gang-gang kecil sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga kendaraan akan sulit masuk. Rancangan ini dimaksudkan untuk mencegah kebisingan mengganggu para santri (siswa dari lembaga-lembaga Islam) untuk belajar dan itu adalah perwujudan filsafat kesetaraan di Kauman dimana setiap orang yang masuk ke wilayah tersebut diwajibkan untuk meninggalkan status sosialnya dengan berjalan kaki.
Di kedua sisi gang, Anda akan melihat berbagai bangunan dengan arsitektur yang berbeda. Sebuah rumah kuning berfungsi sebagai toko ritel berdiri dekat dengan gerbang. Rumah memiliki jendela besar, pintu dan kamar, dan ventilasi dihiasi dengan kacamata warna yang menunjukkan pengaruh arsitektur Eropa. Berjalan ke ujung sekutu dan berbelok ke kanan, Anda akan melihat sebuah rumah putih dengan jendela dan bingkai pintu warna coklat. Bentuk lengkung bagian atas daun jendela menunjukkan pengaruh kuat Timur Tengah. Tepat di depan rumah adalah rumah biru dengan desain atap mirip dengan rumah Kalang di Kotagede.
Di ujung gang sebelum Anda berbelok, Anda akan menemukan sebuah monumen yang dikelilingi oleh taman kecil. Ada tulisan “Syuhada bin Fisabillillah”, tahun 1945-1948, dan daftar 25 orang. Monumen ini didedikasikan untuk penduduk Kauman yang meninggal selama perjuangan kemerdekaan mereka. Kata ‘syuhada’ menunjukkan bahwa komunitas Kauman menganggap pahlawan meninggal sebagai martir.
Masjid Agung Kauman Sebagai Masjid Utama
Sekolah menengah yang telah beroperasi sejak 1919 juga ditemukan di desa ini. Awalnya, sekolah itu bernama Hooge School Muhammadiyah dan kemudian diubah menjadi Kweek School pada tahun 1923. Sekolah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan dibagi menjadi dua pada tahun 1930; satu untuk laki-laki dan yang lainnya untuk siswa perempuan. Sekolah anak laki-laki diberi nama Mualimin sedangkan yang untuk anak perempuan diberi nama Mualimat. Belakangan, istrinya juga mendirikan Yayasan Aisyah untuk wanita.
Bangunan paling terkenal di kompleks Kauman adalah Masjid Agung. Masjid sebagai masjid utama di wilayah Kerajaan didirikan 16 tahun setelah berdirinya Kerajaan Yogyakarta. Arsitektur masjid Jawa sepenuhnya dirancang oleh Tumenggung Wiryakusuma. Bangunan ini terdiri dari bangunan utama, beranda dan halaman total 13.000 m2. Bangunan serambi dibedakan dari bangunan utama. Kutub pendukung masjid di bangunan utama, misalnya, berbentuk bulat, bentuk biasa sebanyak 36 sedangkan di beranda 24 tiang memiliki dasar batu dengan motif awan.
Jika Anda telah menyelesaikan tur ke desa ini, Anda akan mengakui kecerdasan masyarakat di desa kecil ini dan percaya bahwa Islam telah membawa perbaikan. Beberapa pemimpin Islam Indonesia seperti Abdurrahman Wahid dan Amien Rais pernah belajar di sini. Jika Anda ingin menyelesaikan perjalanan Anda, silakan kunjungi masjid kecil Ahmad Dahlan. Di masa lalu, bangunan ini dimanfaatkan oleh Ahmad Dahlan untuk menahan Sidratul Muntaha, pelajaran membaca ayat-ayat dan khotbah Alquran. Masjid kecil legendaris lainnya adalah Putri Ar Rosyad yang merupakan masjid kecil pertama (langgar) untuk wanita di Indonesia. Bagaimana ; cukup menarik? Mari kunjungi Desa Kauman bersama JOGJA75 Tour n Travel.