Taman budaya yogyakarta tampilkan wayang kekinian
Eksperimental si seni dengan baik berupa wayang kulit Jogja
Gondomanan- guna menjaring minat kalangan anak muda eksperimental si seni percaya dengan baik berupa wayang kulit maupun wayang orang perlu dilakukan.
Melalui pergelaran wayang kulit berilah contoh kasusnya ning manusia yang digelar di panggung terbuka taman budaya yogyakarta , selasa malam tanggal 14 agustus. Seni perdagangan diharapkan bisa ditampilkan dengan setir yang lebih beginian. Adapun yang bertindak sebagai dalang dalam pergelaran itu adalah dalang udah ada daerah istimewa yogyakarta, Rickyansyah.
Unit lagunya teknis taman budaya yogyakarta dinas kebudayaan daerah istimewa yogyakarta ini lestari rahayu menjelaskan dalam eksperimental di sini itu pihaknya mengambil seni perdalangan.3 hal yang di eksperimental ikan adalah sangit, sakit dan anta wacana dengan proses pengharapan secara keseluruhan tidak semalam suntuk namun hanya dalam waktu 2 jam saja.
Eksperimen tersebut berbeda dengan sebagian besar pentas wayang yang semalam suntuk.” tetapi tidak menghilangkan esensi cerita pakem nya,” ucap dia selasa lalu.
Eksperimen itu kata dia dilakukan untuk menyajikan seni perjalanan atau wayang dengan konsep beginian. Bahkan pergelaran secara keseluruhan cerita semuanya dilakukan hanya dengan 2 jam.” seni harus menyesuaikan perkembangan jaman dari tau kapan dari semalam suntuk sapan darus pagelaran singkat dan kapan harus mengikuti trend zaman,” kata Eni.
Dalang muda Jogja harus berani membuat gebrakan baru
Ketua persatuan perjalanan indonesia daerah istimewa yogyakarta diedit suwanda menegaskan dalang mu daerah saat ini harus berani membuat gebrakan kepedean wayang itu bisa diterima masyarakat.
Gaya kimia yang saat ini tidak hanya untuk budaya tapi bisa berdampak pada ekonomi dan wisata.
” jangan sampe dalam-dalam muda saat ini menjadi punk ekor hanya mengulang ulang cerita saja tapi harus kreatif,” katanya.
Menurutnya, saat ini tak ada perkembangan yang signifikan yang terjadi terhadap wayang orang, khususnya yang berbasis tari klasik Jogja. Meski demikian, wayang orang tak akan punah.
Hal ini, oleh Suparna dikarenakan gencarnya budaya asing yang terus menggempur gaya hidup generasi muda. Parahnya, budaya baru tersebut cenderung mudah diterima oleh mereka daripada budaya tradisi.
“Seni tari klasik Jogja masih aktif dan relatif cukup stabil. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya sejumlah sanggar tari di Jogja yang masih menerima siswa tari,” ujarnya.
Suparna menambahkan, akhir-akhir ini masih saja ada sejumlah generasi muda yang tertarik untuk mempelajari tari klasik Jogja, meski mereka lebih memilih untuk belajar dengan cara yang praktis.
“Yang dipelajari oleh anak-anak muda lebih ke tari klasik Jogja yang praktis, sehingga langsung bisa dipraktikkan,” tambahnya.