Trotoar Malioboro Milik Kita Bersama
Wajah kota Jogja dipercantik
Wajah kota Jogja dipercantik. Bukan hanya Sisi muka yang jamak dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri tetapi juga bagian lain. Gerakan Jogja sebagai kota istimewa tetapi juga memenuhi hak-hak yang seharusnya dinikmati warga sejak dulu kala. Dan bagaimana evaluasi sementara ini? Berikut laporan wartawan harian jogja media ni diah natalia.
Sabtu lalu Malioboro menunjukkan ciri saat musim libur. Sesak dan riuh. Kendaraan berjejal mengitari jantung Jogja ini. Pengemudi kendaraan bermotor roda dua 4 hingga 6 sama-sama berpayah-payah menembus jalanan yang selalu padat itu.
Berjalan gremet mereka adalah pengemudi untuk yang mampu menembus keramaian Malioboro. Hanya mereka harus memperhatikan sekitar. Jangan sampai lengah supaya body kendaraan tetap mulus seperti sebelum masuk ring 1 Jogja tersebut. Harus siap berkoordinasi secara berkelanjutan untuk berjalan maju 20 cm setiap setengah menit.
Seperti ini para pemuja mesin automatic untuk setiap jenis kendaraan menaikkan puja-puji lebih besar kepada sang semesta. Persneling gigi gas dan rem secara bersamaan. Bagi pemain kendaraan manual apalagi bagi pengemudi kendaraan yang belum power steering rasa njarem mungkin menemani keesokan harinya.
Kelelahan para pengemudi yang melintas Malioboro tak ada artinya dibandingkan mereka yang harus berputar-putar. Dari utara barat timur selatan kembali ke utara atau sebaliknya.” lewat endi iki? Ket mau muter-muter. Kata seorang pengemudi ojek online malam itu kepada rekan sesama pengemudi daring. ” iyo kabeh ditutup balas pengemudi yang lain.
Malioboro padat oleh kendaraan Bagaimana dengan jalur pedestrian? Nyaman dilintasi daripada jalan raya. Jawabnya Ternyata Sama Saja.
Padatnya kawasan Malioboro oleh pengunjung
Orang-orang berusaha berjalan dari berbagai sisi di Malioboro. Ada yang harus masuk Malioboro Sebagian ada yang berujung keluar dari kawasan itu. Tujuan mereka mengunjungi area itu juga beragam. Bagian berlibur bersama keluarga hal ini tampak dari sapaan mereka saat memanggil kawanan dalam satu kelompok dengan sebutan kakak, abang, tante, om dan yang lainnya.
Isinya merupakan rombongan pelajar yang study tour. Tampaknya sekolah sengaja memilih liburan akhir tahun untuk membawa anak didiknya bertamasya demi menjaga waktu efektif belajar siswa tak terpotong. Pola pikir ini juga diamini beberapa sekolah dari berbagai kota dari dari dan luar pulau Jawa. Alhasil Malioboro pada Hamil 3 tahun baru menjadi lautan kendaraan dan manusia.” malioboro penuh sekali kami ke sini lagi pas Malioboro sepi saja,” kata seorang pelajar.
Kalau mau sepi ya kesini pas Subuh saja,” jawab rekannya. Dari jawabannya Dia terlihat familiar dengan Jogja. Beberapa kali pun dia terlihat menjelaskan mengenai Spot foto yang harus dipilih di sepanjang Malioboro. Meski mengenal kota ini dengan baik termasuk kemacetan yang menjadi dia tampak tak terganggu dengan kepadatan malam itu.